Thursday 28 November 2013

08. Topik: Perencanaan Laba Judul: Laba yang diperoleh Perusahaan pengembang properti PT Cowell Development Tbk (COWL)

Bab II. PERENCANAAN

Topik: PERENCANAAN LABA
Judul: Laba yang diperoleh Perusahaan pengembang properti PT Cowell Development Tbk (COWL) 


Apartemen Laris Manis, Cowell Raup Laba Rp 33,4 Miliar

Jakarta -Perusahaan pengembang properti PT Cowell Development Tbk (COWL) pada semester I-2012 berhasil meraup laba bersih Rp 33,4 miliar atau tumbuh 12% dibanding periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp 29,8 miliar.

Perolehan laba tersebut tumbuh seiring dengan meningkatnya pendapatan yang tercatat sebesar Rp 148 miliar, tumbuh 71% dibanding periode yang sama 2011 sebesar Rp 86,4 miliar.

"Kinerja prima ini merupakan buah dari komitmen kami untuk segera menyelesaikan berbagai proyek serta melaksanakan hand over tepat waktu sesuai janji kami kepada konsumen," ujar Direktur Utama COWL, Harijanto Thany dalam siaran persnya, Selasa (31/7/2012).

Harijanto menambahkan, pemilihan lokasi yang strategis, serta berbagai fasilitas penunjang yang lengkap di setiap proyek yang perseroan kembangkan, menjadi nilai tambah dan daya tarik tersendiri bagi konsumen di tengah tingginya permintaan hunian di Indonesia.

Hal tersebut tercermin dari tingkat penjualan proyek high rise building Cowell, yakni Apartemen Westmark. Apartemen yang terletak di kawasan Central Business District (CBD) Jakarta Barat, ini ditunjang dengan fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) yang telah matang serta berbagai fasilitas pelengkap seperti kolam renang, sky lounge, fitness center, playground dan market.

"Apartemen Westmark sekaligus menjadi pendorong utama pertumbuhan kinerja pada semester pertama 2012, dengan kontribusi penjualan sebesar 84 persen terhadap total penjualan perseroan. Sementara, sisanya dikontribusi oleh sejumlah proyek. landed residential seperti Melati Mas Residence, Serpong Park, Serpong Terrace dan Borneo Paradiso," paparnya.

Momentum permintaan hunian yang terus meningkat memacu Cowell untuk terus mengembangkan cadangan lahan yang dimilikinya. Dari total lahan seluas 80 hektar di komplek perumahan Borneo Paradiso, Balikpapan, Cowell kini tengah melakukan pengembangan tahap dua pembangunan cluster baru yaitu Bluebellwood Hills dan Borneo Mansion yang menyasar pangsa pasar menengah ke atas.

"Pengembangan kedua cluster tersebut dilakukan pada lahan seluas 45 (empat puluh lima) hektar," tegas Harijanto.

Selain itu, Cowell juga tengah mengembangkan Perumahan Laverde yang berlokasi di Central Business District (CBD) Serpong, Tangerang Selatan. Komplek perumahan modern dan eksklusif ini dibangun di lahan seluas 12 hektar yang nantinya terdiri dari empat cluster perumahan dengan total 454 unit rumah serta satu area komersial.

Berjalannya berbagai proyek sesuai perencanaan serta didukung kondisi ekonomi yang stabil membuat perseroan optimis pada akhir 2012 bisa membukukan pendapatan sebesar Rp 240 miliar, meningkat 32 persen dibanding 2011 sebesar Rp 181,2 miliar.

"Kami optimis pertumbuhan industri properti akan semakin cerah, dengan ditopang oleh stabilnya pertumbuhan ekonomi nasional serta pertumbuhan daya beli masyarakat," tutup Harijanto.

TEORI PERENCANAAN LABA
A. Pengertian Perencanaan Laba

Salah satu tujuan pendirian perusahaan adalah memperoleh laba yang
maksimal. Hal ini merupakan tugas manajemen untuk mencapai laba yang
diinginkan yaitu dengan menyusun perencanaan laba agar semua sumber daya
yang ada dalam perusahaan dapat diarahkan secara terorganisir dan terkendali.
Perencanaan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasi yang diinginkan. Pada dasarnya perencanaan itu merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan pemilihan berbagai alternatif tindakan dan perumusan kebijakan.Suatu perencanaan bisa terealisir apabila manajemen berhasil dalam menjalankan perusahaan  yang  diukur  dengan besarnya laba (profitability). Pengertian perencanaan laba menurut Machfoedz (1996: 289) adalah sebagai berikut :
Perencanaan laba (profit planning) sering disebut budget perencanaan
(planning budget) atau rencana operasi (plan operation) adalah rencana
dari manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi di masa yang
akan datang untuk mencapai tujuan perusahaan dibagi ke dalam dua
jenis rencana yaitu rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang.
Menurut Supriyono (2002: 331) “Perencanaan laba (profit planning)
adalah perencanaan yang digambarkan secara kuantitatif dalam keuangan dan ukuran kuantitatif  lainnya.  Didalamnya  juga  ditentukan  tujuan  laba  yang dicapai oleh perusahaan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan laba adalah rencana kerja  yang telah diperhitungkan dengan cermat dan digambarkan secara kuantitatif dalam bentuk laporan keuangan untuk jangka pendek dan jangka panjang.

B.   Manfaat perencanaan laba
Menurut  Adolph  Matz  dkk.  (1993:  6-7), adanya  perencanaan  laba memiliki manfaat sebagai berikut :
1.    Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan masalah.
2.    Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan  terhadap masalah yang dihadapinya dan menanamkan kebiasaan pada organisasi   untuk  mengadakan  telaah   yang   seksama   sebelum  mengambil keputusan.
3.    Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba  dan mendorong  timbulnya  perilaku  yang  sadar  akan  penghematan  biaya dan pemanfaatan sumber daya yang maksimum.
4.    Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai  segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan  akhir  dan  rencana  yang saling  terkait  dapat  menggambarkan  keseluruhan organisasi  dalam  bentuk rencana  yang  terpadu  dan  menyeluruh.
5.    Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi  atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbarui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala.
6.    Mengkoordinasikan serta mempertemukan semua upaya perusahaan ke  dalam suatu prosedur perencanaan anggaran yang terarah karena inilah  satu-satunya  cara  yang paling  tepat  mengungkapkan  keselamatan  kegiatan manajemen.
7.    Mengarahkan penggunaan modal dan daya upaya pada kegiatan yang paling menguntungkan.
8.    Mendorong   standar   prestasi   yang   tinggi   dengan   merangsang kegairahan untuk bersaing menanamkan hasrat untuk mencapai tujuan,  dan menumbuhkan minat untuk melaksanakan kegiatan secara lebih  efektif.
9.    Berperan  sebagai  standar  untuk  mengukur  kegiatan  dan  menilai  kebijakan manajemen dan tingkat kemampuan dari setiap pelaksana.

C.  Keterbatasan Perencanaan Laba
Selain memiliki manfaat, perencanaan laba juga memiliki beberapa keterbatasan. Menurut Adolph  Matz  dkk. (1993:7-8), perencanaan  laba memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
a.    Peramalan atau perencanaan bukanlah ilmu pasti. Jadi dalam setiap perencanaan akan terdapat  sejumlah  pertimbangan.  Apabila  ada  penyimpangan  dari  estimasi maka  harus  dilakukan  perbaikan  atau modifikasi.
b.   Anggaran  dapat  mengikat  perhatian  manajer  pada  sasaran  tertentu  yang tidak selaras dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Jadi diperlukan  kecermatan untuk  menyalurkan  upaya  manajer  setepat mungkin.
c.   Perencanaan laba memerlukan kerja sama dan peran serta dari seluruh  anggota manajemen. Dasar keberhasilan perencanaan adalah ketaatan dan kegairahan pelaksana terhadap rencana laba.
d.   Penggunaan  anggaran  yang  berlebihan  sebagai  alat  evaluasi  dapat mengakibatkan   terjadinya   penyimpangan   fungsi (dysfunctional behavior). Yang  dimaksud  dysfunctional  behavior  adalah  perilaku individu yang bertentangan dengan tujuan organisasi. Manajer akan berusaha dengan segala cara untuk meminimalisasi atau mengeliminasi adanya perbedaan dengan anggaran agar terlihat baik saat dievaluasi.
e.    Perencanaan laba tidak menghapus maupun mengambil alih peranan bagian administrasi. Para pelaksana tidak boleh merasa dibatasi oleh anggaran.  Sebaliknya rencana  laba  disusun guna  memberikan penjelasan terinci yang memungkinkan pihak pelaksana menjalankan kegiatannya  dengan  mengerahkan  kemampuan dan  hasrat  untuk  mencapai sasaran organisasi.
f.    Pelaksanaan rencana memerlukan waktu.

D.  Pendekataan dalam perencanaan laba
Perencanaan  laba  bukan  merupakan  hal  yang  mudah,  karena penerapannya harus didasarkan  pada  pertimbangan-pertimbangan  keadaan  intern maupun ekstern perusahaan baik yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi  penetapan  laba itu  sendiri.  Faktor  ekstern  yang  perlu dipertimbangkan  manajemen  dalam  perencanaan laba  ini  adalah  kondisi perekonomian pada umumnya, tingkat populasi penduduk, pendapatan dan daya beli masyarakat, kemajuan teknologi, kebijaksanaan pemerintah dan lain-lain, yang kesemuanya ini sulit diramalkan secara baik. Sedangkan faktor intern  yang perlu  dipertimbangkan  yaitu  keadaan  perusahaan  itu  sendiri berupa  besarnya  volume penjualan  yang  diinginkan  untuk  mencapai  laba tertentu, bagaimana kemampuan kapasitas yang ada baik peralatan maupun personil yang ada, kemampuan keuangan dan sebagainya
Menurut  Krismiaji         (2002: 163)  dalam  penetapan  laba  terdapat pendekatan yang berbeda, yaitu :
a.    Didasarkan pada masa kembali modal yang diinvestasikan. Metode ini menghendaki  penetapan  tingkat  keuntungan  menjadi  titik  tolak penyusunan rencana.
b.   Didasarkan kepada produk yang akan dijual. Metode ini menghendaki perencanaan yang diformulasikan akan diperoleh berupa keuntungan.
c.   Didasarkan pada perhitungan menurut standar. Metode ini melakukan perhitungan dari proses perencanaan yang diukur dengan standar yang ada. Manajemen memperhitungkan  relatif  keuntungan  menurut standar yang dianggap memuaskan perusahaan.

E. Factor-faktor yang mempengaruhi perencanaan laba
a. Laba atau rugi yang dialami dari volume penjualan tertentu.
b. Volume penjualan yang harus dicapai untuk menutup seluruh biaya yang terpakai guna memperoleh laba yang memadai.
c.Titik impas.
d.Volume penjualan yang dapat dihasilkan oleh kapasitas operasi saat ini.



No comments:

Post a Comment