Thursday, 28 November 2013

05. Topik: Manajemen Kelas Judul: Cara Guru Mengatur Kelas agar Efektif

Bab I. Gambaran Umum Manajemen

Topik: Manajemen Kelas
Judul: Cara Guru Mengatur Kelas agar Efektif

Cara Guru Mengelola Kelas Agar Efektif

Guru yang telah memiliki jam mengajar cukup lama tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengelola kelas waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Berbeda dengan guru baru yang belum memiliki jam mengajar yang banyak. Kebanyakan diantara mereka masih mencari bentuk atau pola dengan mencontoh gurunya yang mereka sukai pada waktu mengajar. Tidak terlintas dibenaknya bahwa yang dihadapi ini bukan dirinya pada waktu dahulu. Akibatnya proses interaksi belajar mengajar yang dikembangkan terkesan foto copy dari cara gurunya mengajar pada masa lalu.

Pola berfikir demikian ini banyak terjadi, terutama guru yang memiliki pengetahuan dedaktik-metodik pengajaran yang minim. Pada lembaga-lembaga kursus peluang terjadi serupa ini sangat besar, karena para instrukturnya kebanyakan tidak memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman pengelolaan kelas sesuai dengan asas dedaktik. Akhirnya proses interaksi belajar-mengajar yang dikembangkan penuh sesak dengan transfer pengetahuan, minim transfer keperibadian. Akibat lanjut kelas menjadi tempat penuangan bejana, bukan tempat berinteraksi.
Jika hal tersebut dilihat dari konsep bisnis, tidak menimbulkan persoalan, karena kelas dipandang sebagai medan pertemuan antara yang sama-sama membutuhkan. Siswa membutuhkan penguasaan ilmu sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Sedangkan instruktur membutuhkan imbalan materi sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Persoalan akan menjadi berbeda jika dilihat dari hakekat pembelajaran. Apabila tujuan kelembagaan yang kita bangun bertujuan untuk pengajaran, maka pengelolaan kelas secara substansial dengan aspek bisnis benar adanya; namun jika tujuan kelembagaan yang kita bangun bertujuan untuk pendidikan, maka tidak begitu tepat. Filosofi ini juga yang akan mendasari bagaimana manajemen pengelolaan kelas dibentuk atau dikembangkan.

Namun demikian ada sejumlah rambu-rambu umum yang dapat dijadikan acuan baik pada konsep pengajaran maupun pendidikan:

1. Kelas dikelola dengan pola ”semua keperluan”.
Maksudnya bahwa kelas di seting sedemikian rupa untuk dapat melayani semua kepeluan dari para pengguna kelas. Model kelas serupa ini banyak dijumpai pada tempat pendidikan negara-negara berkembang. Kelas seolah ”ruang swalayan”atau one stop service, semua keperluan untuk guru dan murid ada di sana. Kelas seperti ini jika diperuntukkan kelas lembaga kursus memang menjadi idaman bagi para muridnya, karena merasa dimanjakan untuk mendapatkan pelayanan. Bahkan konsep pelayanan prima sering disalahartikan bahwa kelas serupa inilah yang ideal. Jika konsep ruang kelas sebagai proses pendidikan, maka tidak semua kepentingan guru dan murid harus ada di sana. India salah satu negara yang menganut paham ruang kelas adalah ruang penyelenggaraan pendidikan mandiri. Oleh sebab itu keperluan-keperluan pribadi murid tidak selamanya ada dan tersedia di kelas.

2. Pencahayaan dan Kebisingan
Kedua hal di atas pada akhir-akhir ini sering diabaikan oleh pengelola sekolah dalam menata kelas sebagai tempat belajar. Banyak tempat-tempat pendidikan pencahayaan ruang tidak menjadi prioritas. Di samping aspek cahaya juga aspek sirkulasi udara. Akibatnya para siswa yang belajar cepat merasa lelah karena pengaruh dari pendengaran dan penglihatan.
Hambatan-hambatan fisik serupa ini banyak sekali terjadi di kota-kota besar, akibatnya kita sering melihat pelajar begitu selesai jam belajar, tampak di raut wajahnya tanda-tanda kelelahan yang begitu penat. Hal ini di samping beban pelajaran yang diperoleh, juga karena faktor sanitasi lingkungan kelas yang tidak mendukung. Akibatnya semua itu menumpuk pada diri siswa sebagai peserta didik. Akibat lanjut dapat dibayangkan bagaimana lelahnya para siswa, dan ini tampak pada raut wajah mereka masing-masing pada saat selesai proses pembelajaran.
Kelelahan ini semakin menjadi-jadi jika beban pembelajaran tidak sebanding dengan kemampuan tubuh menerima tekanan akibat dari ketidak sehatan lingkungan.

Kondisi lingkungan yang ideal memang sulit diperoleh di daerah kota-kota besar, akan tetapi paling tidak ada upaya teknologi yang dapat dilakukan agar dampak dari lingkungan dalam arti fisik dapat dikurangi resikonya. Sebagai contoh untuk mengurangi tingkat kebisingan suara pada kelas tertentu dapat digunakan dinding peredam, atau gerahnya suatu ruang dapat ditanggulangi dengan pemasangan AC, dlsbnya. Tampaknya aspek teknologi menjadi hal yang penting sebagai jalan keluar untuk menghadapi tantangan alam.

3. Tata letak pengaturan kursi
Jarak antara kursi satu dengan kursi untuk siswa tidak ada aturan baku, hanya pada konsep psikologi sosial disinggung bahwa setiap manusia memiliki teritori atau wilayah pribadi. Beberapa penelitian yang dilakukan Morgan (1970) ditemukan bahwa orang merasa aman jika wilayah sekitarnya memiliki jarak lingkar sekitar 0,5 s/d 1,00 m. Sedangkan jika lebih dari itu mereka akan merasa tersingkirkan dari lingkungan.
Berdasarkan itu kita harus berhati-hati dalam menyusun kursi. Kita harus mengetahui susunan kursi itu untuk keperluan apa. Jika untuk kepentingan belajar, maka wilayah privacy harus diciptakan, sebab banyak diantara siswa merasa tidak nyaman karena tidak memiliki wilayah privacy. Sebaliknya jika itu untuk diskusi, maka jarak antar kursi harus sedikit rapat guna memudahkan mereka membangun wilayah bersama.

Oleh sebab itu tempat belajar ideal bagi siswa ialah apabila tempat duduk mereka dapat dengan mudah dipindahkan sesuai kebutuhan. Cara ini memang sudah banyak dilakukan di tempat-tempat belajar, akan tetapi untuk kelas permanen seperti sekolah sangat berbeda dibandingkan dengan tempat kursus. Tempat kursus lebih leluasa dalam mengatur tempat duduk, karena itu kita harus memahami jika tempat kursus akan mendapat perhatian dari pelanggan, penyusunan kursi merupakan skala prioritas yang harus tetap diperhatikan dan mampu menarik minat pelanggan.

4. Dinding dan Papan Tulis
Dinding dimaksud dalam hal ini adalah warna dinding ruang belajar atau kelas. Banyak penelitian menyatakan bahwa warna ini mempengaruhi kondisi psikologis dari orang yang berada di ruangan tersebut. Untuk kelas belajar sangat disarankan warna yang dipilih adalah lembut, bukan cerah atau gelap.
Sedangkan papab tulis yang digunakan harus kontras karena akan mempengaruhi hasil tulisan. Adapun beberapa jenis papan ajuran yang seyogyanya ada pada lembaga pendidikan adalah:
1.Papan tulis
2.Papan putih
3.Papan magnetik
4.Papan Flip
5.Papan Pameran
6.Papan Flanel
7.Papan Gulung
8.Papan Slip
9.Papan Elektronik

Papan di atas dapat diadakan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran didalam kelas. Namun perlu diingat keberadaan papan tersebut haruslah sesuai dengan fungsi. Amat tidak bijak apabila kita membentang semua papan itu di dalam ruang kelas, karena di samping mempersempit ruang juga mengganggu pemandangan.

5.Lantai ruang
Lantai ruang dimaksud adalah lantai ruang belajar yang digunakan untuk proses pembelajaran. Ada sebagaian pendapat ruang belajar harus ditutup karpet, ada sebagian yang berpendapat tidak harus. Pendapat ini tidak perlu dipertentangkan karena kedua hal ini tidak berkait langsung dengan proses belajar. Hanya yang dipentingkan adalah kenyamanan yang tercipta karena warna lantai. Beberapa penelitian menemukan bahwa warna lantai akan lebih banyak mempengaruhi pandangan jika kursi yang dipakai adalah model kursi kuliah. Sedangkan jika tempat duduk dilengkapi meja, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh pada pandangan mata. Informasi lain menunjukkan bahwa warna dasar lantai cerah lebih berpeluang meimbulkan rasa segar pada pandangan dibandingkan dengan warna gelap. Untuk ini alangkah bijaksananya jika kita ingin membangun ruang belajar berkonsultasi terlebih dahulu pada ahlinya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa tempat bekerja, areal kerja, suasana kelas sangat tergantung pada ukuran dan bentuk, serta bagaimana bagian-bagian ruang itu digunakan; termasuk didalamnya:

1. Pengaturan meja guru, lemari penyimpan dokumen, proyektor OHP dll
Maksudnya ialah ketiga sarana tadi harus dalam posisi yang berdekatan agar mudah dijangkau oleh guru dalam mengembangkan interaksi pembelajaran bersama siswa. Tidak ada yang baku untuk meletakkan benda-benda ini. Apakah harus di posisi depan, samping atau belakang kelas.

2. Lemari Buku
Maksudnya ialah bahwa diruang belajar sebaiknya tersedia lemari buku, Lamari ini berfungsi baik untuk siswa atau untuk guru. Tata letak tidak ada ketentuan yang baku, hanya aspek estetika dan kepraktisan perlu diperhatikan. Namun demikian untuk menjaga suasana kelas agar tetap asri hingga menimbulkan suasana belajar yang kondusif, peletakan lemari buku juga perlu diperhatikan.
Perlengkapan yang dapat dimasukkan ke dalam lemari buku ini adalah di samping buku ajar, juga alat-alat pendukung pembelajaran lainnya (OHP, LCD dll). Termasuk hasil tugas siswa yang belum diambil, sehingga tidak ada alasan proses pembelajaran tidak berjalan karena tidak ada peralatan.

Setelah kita memahami kelas sebagai sarana atau tempat proses belajar, persoalan lebih lanjut ialah bagaimana mengelola kelas itu agar didalamnya terjadi proses pembelajaran. Untuk itu kita dapat mengenal beberapa model dalam pengelolaannya:

a. Model Interaksi Sosial
Model ini menekankan pada hubungan antarpeserta didik, peserta didik dengan guru/fasilitator, antara peserta didik dengan alam sekitar. Metode belajar yang paling utama dalam pendekatan ini antara lain diskusi, problem solving, metode simulasi, bekerja kelompok, dan metode lain yang berhubungan dengan berkembangnya hubungan sosial siswa.

b. Model Pembelajaran Alam Sekitar
Model ini menekankan pada bahwa peserta didik dalam mempelajari sesuatu harus melihat langsung, atau merasakan langsung apa yang dipelajari. Minimal bahan yang menjadi topik pengajaran harus yang dirasakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

c. Model Pembelajaran Pusat Perhatian
Model ini berprinsip bahwa peseerta didik harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam msyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu dan anggota masyarakat. Oleh sebab itu peserta didik harus mengenal dirinya sendiri seperti hasrat dan cita-citanya, kemudian pengetahuan tentang dunianya seperti lingkungannya dan tempat hidup di hari depannya.

d. Model Pembelajaran Sekolah Kerja
Model ini berprinsip bahwa pendidikan itu tidak hanya untuk kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat; dengan kata lain sekolah memiliki kewajiban (1) mempersiapkan tiap peserta didik untuk berkerja pada lapangan tertentu (2) tiap peserta didik wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara (3) untuk mewujudkan kedua hal tadi peserta didik wajib menjaga keselamatan negara.

e. Model Pembelajaran Individual
Model pembelajaran ini didisain untk pembelajaran mandiri. Bentuk bentuk pembelajaran ini antara lain pola pembelajaran modul. Penekanan pada model pembelajaran individual adalah pada komitmen antara guru dan peserta didik.

f. Model Pembelajaran Klasikal
Model pembelajaran klasikal dikenal model yang paling efisien. Pembelajaran secara klasikal ini memberikan arti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu: mengelola kelas dan mengelola pembelajaran.
Pada prinsipnya semua model di atas adalah merupakan arahan kepada penyelenggara pendidikan bahwa lembaganya dalam melaksanakan program pendidikannya mengambil model yang mana. Akan tetapi dalam kenyataan praktiknya ternyata model pengembangan di dalam kelas tetap berorientasi pada bagan sebagai berikut:

1. PERUMUSAN TUJUAN

Menyusun tujuan instruksional

2. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Khusus yang operasional, teru menetapkan sumber bela-
tama perubahan perilaku yang jar dan metode pendekat-
diharapkan. an yang dipakai

5. EVALUASI BELAJAR

Menyusun test standar
yang akan digunakan dan
cara pengolahannya

3. PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Merumuskan bahan dan
materi pelajaran, mene-
tapkan alat kelengkapan
dan media yang akan
dipakai.

4. PELAKSANAAN

a. melakukan pre test
b. menyampaikan bahan
dan materi pelajaran
c. melakukan post test
d. mengadakan perbaikan
pembelajaran

C. PENGGUNAAN BERBAGAI METODE DALAM PROSES BELAJAR-
MENGAJAR.
Pada prakteknya seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya di dalam kelas tidak lepas dari upaya menguasai kelas dan menyampaikan bahan pembelajaran kepada peserta didik. Dalam kegiatan penyampaian tadi pada umumnya menggunakan cara atau metoda tertentu. Walaupun dalam pelaksanaannya tidak terpaku pada satu metode saja, dapat saja dilakukan secara elektif yaitu menggunakan berbagai metoda. Namun pada umumnya metoda yang dipakai itu adalah sbb:

1. Metoda Ceramah
Metoda ini adalah cara klasik yang menempatkan guru sebagai sumber informasi utama dalam proses pmbelajaran. Keunggulan metoda ini ialah mampu memberikan informasi sekaligus pada peserta didik dalam jumlah banyak. Namun kelemahannya metoda ini cukup banyak, diantaranya adalah penguasaan materi dan penguasaan kelas sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.
2. Metode Tanya Jawab
Teknik ini tidak sama dengan teknik intograsi. Tanya jawab dimaksud adalah agar peserta didik dapat mengembangkan kreativitas berfikir, dan motivasi untuk memahami bahan pembelajaran.
3.Metode Diskusi
Teknik ini paling efektif jika topik yang didiskusikan menarik perhatian peserta didik. Jika tidak, maka diskusi, terutama diskusi kelompok, akan menjadi kering dann tidak menghasilkan apa-apa.
4.Metode Demonstrasi
Teknik ini paling efektif jika apa yang akan didemonstrasikan menarik minat peserta didik karena merasa kebutuhannya terpenuhi. Jika kondisi itu tidak terjadi, maka tidak akan muncul kondisi interaktif yang menimbulkan proses pembelajaran.
5.Metoda Sosiodrama
Teknik ini efektif jika tujuan yang akan kita capai adalah pada tataran penghayatan. Perlu diingat penggunaan metoda ini yang menjadi obyek pelaku adalah peserta didik, sementa guru adalah sutradara dari seluruh rangkaian kegiatan ini.
6.Metoda Karyawisata
Teknik ini sangat efektif jika materi pembelajaran tidak mungkin di bawa kemuka kelas. Peserta didik akan mendapatkan pengalaman psikologis langsung terhadap obyek yang dikunjungi.


1. Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, managementditerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Sebagaimana yang diuraikan oleh Usman, bahwa manajemen menurut Mary Parker, adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah manajemen,
 Sejathi menguraikan bahwa, “arti dari manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan”. Dengan begitu, pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Sementara itu, pengertian manajemen menurut  Terry adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Lain halnya menurut Stoner & Freeman,  manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, manajemen adalah  suatu kegiatan untuk menciptakan dan memertahankan kondisi yang optimal  bagi terjadinya proses belajar  di dalamnya mencakup pengaturan orang (siswa) dan fasilitas, yang dikerjakan  mulai terjadinya kegiatan pembelajaran di dalam kelas sampai berakhirnya pembelajaran di dalam kelas.

2.Pengertian Kelas

Pengertian  umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sementara, kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa.  Nawawi  memandang kelas dari dua sudut,  (a) Kelas dalam arti sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. (b) Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
          Sementara iru, menurut Hamalik ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” . Sedangkan  menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
          Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta dapat memotivasi  siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi  intelektual dan omosional. Mengingat kelas hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik (a) rapi,bersih,sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c) sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata dengan  rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang

3.Pengertian Manajemen Kelas

Pengertian manajemen kelas dari beberapa pakar antara lain, Weber .W.A. (1988), mendefenisikan manajemen kelas sebagai ompleks of teaching behavior of teacher efficient instruction” yang mengandung pengertian bahwa segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi murid agar dapat belajar dengan baik. Eferstson dan Emmer mendeskripsikan manajemen sebagai  “those teacher behavior that  produceshigh levels of student infolfoment classroom activities and minimize student behaviors that interfiris with  dan pencapaianthe teachers or other students work and efficient use of instructional time (1998). Houston at al (1988), menegaskan bahwa “Without effective mamanagement the learning process student for interfering with instruction“, yang mengandung pengertian bahwa tanpa manajemen yang efektif proses belajar mengajar menjadi kacau sehingga guru akan menegur murid-muridnya yang menggagu proses belajar mengajar.
Johson dan Bany, (1970) menguraikan bahwa manajemen kelas adalah merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasan kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah: sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif. SementaraAdnan Sulaeman (2009) mendefinisikan manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan belajar mencapai tujuan belajar secara efesien atau memungkinkan pesrta didik belajar dengan baik. Ahmad Sulaiman, (1995) mendefinisikan manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif yang menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.
Arikunto, (2006) mendefinisikan  manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar apa yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal,sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.  Muliyasa (2006) mendefinisikan manajemen kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.”
Berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu  (Disarikan dari Wiford A. Weber, 1986) manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (pendekatan otoriter), yang terdiri atas perangkat-perangkat, yakni (1) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (pendekatan intimidasi). (2) Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (pendekatan permisif). (3) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/ resep yang telah di sajikan (pendekatan buku masak). (4) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan instruksional). (5) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (pendekatan pengubahan tingkah laku). (6) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosioemosional). (7) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan    memertahankan organisasi kelas yang efektif (pendekatan sistem sosial) Arikunto, (2004).
Selaian definisi di atas, definisi manajemen kelas atau pengelolaan kelas yang dipetik dari informasi Pendidikan Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana berikut ini.
1.      Pengelolaan  kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.
2.      Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah.
3.      Pengelolaan  kelas  yang berdasarkan  prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam memelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).
4.      Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Peranan  guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
5.      Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas yang efektif (Depdikbud, 1982).
 4. Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen Kelas pada hakekatnya sudah terkandung pada tujuan  pendidikan secara umum. Menurut Sudirman (2000), tujuan manajemen kelas adalah penyediaan pasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
 Suharsimi Arikunto,(2004), berpendapat bahwa tujuan manajemen   kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya Arikuno menguraikan  rincian  tujuan Manajemen Kelas, sebagaimana berikut ini.
1.      Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3.      Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan siaoal, emosional  dan intelek siswa dalam belajar.
4.    Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial,ekonomi,budaya,serta sifat-sifat individunya. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, (1996).

5.        Ruang Lingkup Manajemen Kelas
a.       Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan kerja yang digunakan oleh seorang guru sebagai pedoman yang akan dicapai di dalam proses belajar mengajar. Jadi manajemen kurikulum adalah sebuah perencanaan  atau pengarahan untuk menyelesaikan kurukulum tersebut.
b.      Manajemen peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia baik dari jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi, manajemen peserta didik adalah suatu proses kegiatan yang rencanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti PBM dengan efektif dan efesien, UUSPN (2003 ).
c.       Kegiatan akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan PBM (teaching), diantaranya membuat persiapan sebelum mengajar, melaksanakan pengajaran yang telah dipersiapkan, dan menilai sejauh mana pelajaran yang sudah disajikan itu berhasil dan dikuasai peserta didik
d.      Kegiatan administratif
Kegiatan administratif dikategorikan  sebagai kiegiatan "non teaching" sebagai kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi kelancaran mengajarnya seperti kegiatan-kegiatan procedural, dan kegiatan organisasional.
Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya ruang lingkup manajemen kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a.       Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot kelas.
b.      Nonfisik pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau sekolahnya sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini aspek psikologis, social, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikan. Imam gunawan

No comments:

Post a Comment